APAKAH ANDA SUKA DENGAN BLOG INI?

Sabtu, 26 Maret 2011

jepang,tak sekedar canggih

Jepang, Tak Sekedar Teknologi Canggih

   
MASYARAKAT dunia dibuat berdecak kagum bagaimana Jepang menghadapi becana gempa bumi dan tsunami Sendai, 11 Maret 2011 yang lalu. Bukan hanya kita tetapi juga masyarakat di Negara Barat pun ‘angkat topi’ terhadap apa yang dilakukan Jepang ini. Suatu lingkaran manajemen bencana [disaster management cycle] mencakup dua kegiatan. Pertama adalah kegiatan sebelum bencana [pre event]. Kedua adalah kegitan setelah bencana [post event]. Kegiatan yang dilakukan sebelum bencana berupa kesiapsiagaan menghadapi bencana [disaster preparedness]  dan pengurangan dampak bencana [disaster mitigation]. Sering juga disebut disaster reduction. Kegiatan setelah bencana berupa tanggap [darurat] bencana [disaster response/emergency response] dan  pemulihan [disaster recovery].
Mencermati apa yang dilakukan di Jepang terkesan bahwa keempat kegiatan itu sudah diprogram dengan sangat matang. Tidak hanya pada tingkat pemerintah dan organisasi kemasyarakatan tetapi juga orang-orang Jepang  secara individual. Hidup bersama bencana menjadi pemandu kehidupan mereka. Struktur aturan ‘main’ jelas. Program jelas dan rinci. Masing-masing individu memiliki disiplin diri yang tinggi. Seolah-olah mereka terlahir dengan sikap-sikap kebersamaan, kesetiakawanan dan solidaritas. Masing-masing menekan kepentingan pribadinya dan sebaliknya menonjolkan kebersamaan, saling bergadengan tangan, bahu-membahu. Mereka adalah orang yang sungguh senang dan pandai mengendalikan diri [stoical].
Jepang memiliki karakteristik hampir sama dengan Indonesia dalam hal bencana alam. Jepang berada pada zona circum-Pacific  yang mudah bergerak.  Kondisi geografi, topografi, dan meteorologi yang khas membuat gempa bumi, hujan deras dan banjir, letusan gunung api, hujan salju berskala besar, serta hujan badai terjadi sepanjang tahun. Luas daratan Jepang 378.000 km2 [Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat 146.807 km², Kalimantan 743,330 km²]. Tiga perempatnya bergunung-gunung. Sebagian lain berbentuk dataran atau cekungan. Rangkaian pulau-pulaunya  sepanjang 3000 kilometer membentang dari utara ke selatan. Empat pulau yang besar adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Arus hangat dan dingin mengalir melalui laut-laut di sekitarnya, sehingga membentuk lingkungan berbagai jenis ikan. Mungkin itu juga yang menyebabkan orang Jepang banyak mengkonsumsi ikan [60 kg per orang per tahun, orang Indonesia sekitar 25 kg/tahun]. 
Sebagian besar kepulauan Jepang berada dalam Zona Utara yang beriklim sedang yang lembab. Angin tenggara bertiup dari Samudera Pasifik selama musim panas dan angin barat-laut bertiup dari benua Eurasia (Eropa-Asia) pada musim dingin.Karena kerap dilanda berbagai bencana alam berat yang menelan banyak korban jiwa maka rakyat Jepang terus berupaya agar kerusakan akibat bencana dapat ditekan semaksimal mungkin. Teknologi canggih diterapkan.  Jalur angin dan badai diamati dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Bangunan tahan gempa dirancang dan dibuat dengan seksama.
Pendekatan penanggulangan bencana di Jepang bukan lagi response oriented, seperti Indonesia, tetapi, preventive oriented. Selain itu, juga tidak bersifat  individual tetapi berjaringan multi-sectoral approach.  Banyak dana yang  diinvestasikan untuk program-program pengurangan resiko bencana [mitigasi].
Penanggulangan bencana alam di Jepang, pada umumnya dilakukan oleh pemerintah kota [municipal]. Apabila skala bencana  terlalu besar maka pemerintah prefektur dan nasional turun tangan. Jepang terdiri dari 47 prefektur. Upaya ini didukung oleh program promosi konservasi bumi tingkat nasional, peningkatan teknologi meteorologi, penyempurnaan sistem komunikasi bencana dan manajemen bencana. Dengan cara itu terbukti Jepang dapat mengurangi dampak bencana alam yang terjadi. Tentu juga didukung oleh berbagai macam aturan.Kini, Jepang bersama sebagian warga dunia masih melakukan pemulihan akibat gempa bumi dan tsunami Sendai di awal bulan Maret. Ungkapan ‘tahan banting dan maju terus membuat engkau menjadi kuat’ mungkin cocok untuk mewakili kerja keras mereka dari waktu ke waktu. Semoga! (*)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar